Freelance Jobs

Saturday, February 6, 2010

Pengantar (bagian 2)

Orangtua Ueshiba membesarkan anaknya untuk memiliki ketertarikan yang luar biasa besar terhadap pemikiran spiritual. Sejak berusia tujuh tahun ia sudah memiliki hubungan dengan beberapa guru keagamaan. Namun bahkan dengan pelatihan keagamaan yang selama ini dipelajarinya, Ueshiba muda belum dapat mempersatukan kepercayaan spiritualnya dengan pencapaian fisiknya di bidang seni pedang dan bela diri tangan kosong.

Setelah sakit yang berkepanjangan ayahnya akhirnya meninggal dunia. Ueshiba muda sangat berduka atas kepergian beliau. Ia bersumpah di depan makam ayahnya untuk mendobrak kebuntuan mental, berkembangan lebih maju, dan menyingkap rahasia budo. Sejak saat itu hidupnya berubah drastis.

Terkadang Ueshiba yang berduka berdiri di puncak gunung dekat rumahnya dengan mengenakan baju putih dan merapalkan doa-doa Shinto. Sahabat-sahabatnya khawatir ia jadi gila. Ia sendiri menyadari bahwa ada sesuatu, unsur tertentu, yang belum ia temukan dalam hidupnya. Akhirnya ia memutuskan untuk bergabung dengan salah satu sekte Shinto yang dipimpin oleh pendeta yang amat ia kagumi sejak sebelum ayahnya meninggal. Dengan membawa serta seluruh keluarganya, ia pindah ke sebuah rumah kecil di kaki sebuah gunung dekat Kyoto dimana sekte tersebut berpusat dan memulai tujuh tahun masa pembelajarannya. Ia kemudian menjadi ajudan Orang Suci tersebut bahkan mengawalnya dalam perjalanan penuh bahaya ke benua Asia dimana mereka sering menemui pengalaman yang mengancam jiwa. Ketika dalam perjalanan itulah, di hadapan kematian, ia mulai dapat "melihat".

No comments:

Post a Comment